Sebuah catatan ringan oleh: Nanang .K
Perjuangan
adalah sebuah proses negosiasi antara keinginan dan kesempatan yang
saling bertolak belakang. Terkadang ada keinginan tanpa disertai
kesempatan untuk mewujudkannya. Proses pewujudan itu kerap kali kita
sebut sebagai perjuangan. Sebaliknya, terkadang ada kesempatan membuat
kita sering melakukan sesuatu yang di luar keinginan. Yang demikian
sering di sebut perjuangan yang mengalahkan keinginan diri sendiri.
Keduanya itu memiliki duduk persoalan yang sama, yaitu negosiasi.
Mahasiswa
adalah kaum pejuang, takhanya bagi diri sendiri, fenomena diluar yang
terkadang secara terang-terangan menampakkan ketimpangan namun tak ada
keinginan mahasiswa untuk menyelesaikannya, maka kesempatan yang
kemudian menuntut mahasiswa untuk berjuang. Dan beberapa hari terakhir
ini kita bisa melihat semangat para kaum pejuang (mahasiswa) untuk
memperjuangkan suara rakyat yang seakan tak pernah diwakili oleh para
wakil rakyat yang hanya asik menikmati segala fasilitas yang diberikan
oleh rakyat.
Maka kami para kaum intelektual (mahasiswa)
kembali siap menuntut hak-hak rakyat indonesia yang saat ini telah
betul-betul di rampas oleh para petinggi negeri ini, maka tak perlu
heran jika jalanan akan macet, aroma ban terbakar kembali menjadi simbol
perlawanan. Tapi justeru ada individu-individu yang mengatas namakan
masyarat mencoba mengutuk, menghina, dan mencaci maki para kaum pejuang
ini, atas tindakan-tindakan yg mereka lakukan untuk sebuah revolusi.
Maka
menurut saya itu tidak lebih hanya sebagai kepentingan pribadi individu
pragmatis yang akan menjadi sebuah bomerang bagi individu-individu yang
mengatas namakan masyarakat. Tidak ingatkah mereka para masyarakat,
bahwa Mahasiswa turun kejalan bersama sengatan matahari, pedihnya gas
air mata, dan hempasan water canon hanya untuk menuntut hak-hak rakyat
Indonesia. Nah, namun apabila rakyat indonesia merasa risih atas
tindakan mahasiswa yg menuntut agar BBM tidak naik dari 4,5 rb/ltr
mnjadi 6 rb/ltr maka kami pasti akan kembali turun kejalan untuk aksi yg
lebih besar lagi untuk menuntut pemerintah agar menaikkan harga BBM
setinggi-tinggi mungkin.
Agar mereka, para masyarakat yang “TIDAK
PEKA”, akan merasakan penindasan yang salama ini ingin dilakukan oleh
pemerintah, dan silahkan kepada masyarakat untuk menyuarakan sendiri
suaranya tanpa bantuan kaum intelektual (mahasiswa). Ingat, nyawa adalah
taruhan, peluru yang menerjang, pentungan polisi mengahajar semangat
idealisme, apakah sebanding dengan rasa tidak nyaman kerna jalanan yang
macet? Anggap saja kemacetan itu adalah puasa atas kenyamanan anda
selama ini berkendara.
Dan satu hal yang terpenting, “MAHASISWA
TIDAK KASAR” Pemburukan citra mahasiswa oleh beberapa oknum terus
dilakukan. Rakyat yang pernah mengenyam bangku kuliah harusnya tahu
bahwa kami masih punya idealisme, mahasiswa adalah penyeimbang. Tahukah
bahwa BBM naik, subsidi berkurang, dialihkan ketempat lain. Apakah bisa
dijamin tidak dikorupsi lagi? beberapa rakyat yg mencibir menandakan
kebodohan mereka karna tidak tahu dampaknya.
HIDUP
MAHASISWA !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar